Oleh: Wahyuddin Yunus – Pengurus MASIKA ICMI Sulsel 2011-2014
Banyak sekali orang-orang bersahaja yang boleh jadi tidak ada di front terdepan dalam amal-amal kebaikan, mereka hanya ada di sudut ruangan, mereka mengamati saja, tetapi merekalah yang menyediakan segala sesuatunya agar orang lain dapat beramal kebaikan itu dengan sempurna.
Ketika Osman Bakar meyakini bahwa hukum keseimbangan antar manusia adalah sebuah anugerah Tuhan yang paling besar sehingga mampu menghindarkan alam semesta dari kehancurannya. Maka cukuplah Masika menjadi gerakan penyeimbang.
Pemimpin tidak menggunakan kekuasaan secara otoriter, tetapi mengajak dan meminta dukungan partisipatif dari anggota tim. Kita bisa menyaksikan dalam berbagai situasi sulit, banyak individu atau anggota kelompok, yang dengan rela mengorbankan waktu dan spiritnya demi tercapainya tujuan dengan penuh kerelaan hati tanpa tekanan.
Apa pun posisi kita, sekalipun kita berada dalam situasi memberi nafkah, kita bisa belajar untuk mengundang kemurahan hati orang lain. Kita sebenarnya bisa mengganti mindset dengan berpikir bahwa kita sedang dikelilingi para volunteer.
Kita bisa berlatih lebih banyak membuat request daripada memerintah. Kita perlu meyakini bahwa membangun hubungan penuh rasa percaya lebih powerful daripada membuat hierarki dan struktur politik. Secara otomatis, kerendahan hati justru menciptakan power dalam bentuk lain.
Tak ada yang salah menjadi manusia yang lebih dikenal langit, daripada manusia yang dikenal oleh bumi. Manusia yang harum namanya di hati banyak manusia lain, bukan manusia yang harum dalam peristiwa-peristiwa sejarah. Sementara untuk saya, menulis ajakan-ajakan ini adalah cara saya untuk bertahan.
Tulisan ini adalah ajakan untuk mengungkap sikap optimis, mungkin berguna entah untuk siapa, tetapi yang pasti berguna bagi saya. Semoga MASIKA tidak sendirian…